wacana tentang membatasi BBM bersubsidi sudah semakani panas di telinga para pendengar nya. tidak banyak msayarakat yang sulit untuk menerima, bahkan tidak sedikit yang menolah. tetapi pemerinta sudah menetapkannya:
berikut wacana yang di beritakan pada KOMPAS online
Selasa, 18 September 2012 | 22:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta
- Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional Armida Alisjahbana
mengatakan bahwa saat ini ada peluang untuk menekan subsidi energi,
terutama subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).
Untuk itu, pemerintah
meminta DPR membahas kemungkinan pengurangan subsidi BBM ini dalam
rapat-rapat membahas RUU Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2013
yang tengah berlangsung di kompleks parlemen Senayan, Jakarta.
Peluang
ini muncul, kata Armida, karena kenaikan harga minyak dunia, menyusul
kebijakan stimulus ekonomi yang diluncurkan pemerintah Amerika Serikat.
Faktor lainnya adalah kondisi terakhir perekonomian global yang masih
tak menentu. “Semua faktor itu belum muncul dalam pembahasan Rancangan
APBN,” katanya.
Dalam Rancangan APBN tahun depan, semula
pemerintah tidak mengusulkan pengurangan subsidi energi. Bahkan, jumlah
subsidi BBM yang diminta pemerintah naik dari Rp 202, 4 triliun menjadi
Rp 274 triliun lebih.
Jika subsidi jadi dikurangi –dan harga
premium di masyarakat naik—pemerintah sudah mempersiapkan sejumlah opsi
kebijakan. “Salahsatunya, akan ada stasiun pengisian bahan bakar gas
untuk warga yang tak mau membeli pertamax,” kata Armida. Subsidi, akan
diutamakan untuk pengelola transportasi publik. “Bappenas akan
mempersiapkan mekanisme penyaluran subsidi untuk sektor ini,” katanya.
Rencana Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM)
mengurangi Bahan Bakar Minyak bersubsidi dari 40 juta kilo liter menjadi
37,8 juta kilo liter mendapat tanggapan dari Kementerian Keuangan.
Menteri Keuangan, Agus Martowardojo mengungkapkan usulan pengurangan
tersebut bisa memberi dampak inflasi. “Tekanan inflasi kurang lebih 0,5
hingga 0,6 persen. Tentu ini sudah menjadi perhatian kami karena memang
pada 2012 diasumsikan inflasi ada di 5,3%,” ujarnya, Senin (10/10).
Usulan pengurangan BBM bersubsidi ini akan diikuti rangkaian upaya
pemerintah menyediakan pengganti BBM. “Setahu saya, Kementerian ESDM
sudah melakukan koordinasi dengan BPH Migas dan Pertamina dan menyatakan
siap bila dilaksanakan pada April 2012,” beber Agus.
Selain
itu pemerintah tengah mengembangkan alat transportasi menggunakan gas,
melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap BBM bersubsidi,
penyesuaian regulasi dan perbaikan infrastruktur.
Tahap awal
pengurangan subsidi ini sementara hanya akan berlaku di Jawa dan Bali.
Pengawasan dilakukan terutama terhadap kendaraan roda empat berpelat
hitam. Begitupun, seperti disampaikan Agus, penyimpangan masih mungkin
terjadi. “Kami masukan margin error sekitar 10% karena mungkin ada hal yang tidak bisa optimal dalam pelaksanaannya,” katanya.
Untuk itulah, bila jumlah BBM bersubsidi disepakati menjadi 37,8 juta
kilo liter, maka selisih 2,2 juta kilo liter akan dimasukkan dalam
cadangan risiko fiskal. “Kalau upaya mengejar angka 37,8 ini tidak
tercapai, kami akan menjelaskan kepada DPR agar selisih itu bisa tetap
digunakan,” pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar